TUMPUKKAN YANG MENGGUNUNG




Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah dapat didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses proses alam sebenarnya tidak ada arti dari konsep sampah itu sendiri, melainkan hanya ada  produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut sedang berlangsung. Buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik ( rumah tangga ) atau barang bekas yang sudah tidak terpakai. Biasanya sampah banyak dihasilkan oleh manusia, dapat berbentuk padat atau semi padat. Sampah dapat dibagi menjadi dua sifatnya yaitu organik dan anorganik, apabila itu sampah organik atau yang dapat diurai maka sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos. Sedangkan anorganik atau yang tidak terurai sampah ini tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Jika sampah organik bisa hancur diuraikan oleh bakteri, berbeda dengan sampah anorganik yang tidak dapat diuraikan bakteri. Namun setiap hari semakin banyak sampah anorganik yang kita hasilkan, semua aktivitas manusia sehari-hari selalu meninggalkan sampah, misalnya dari kegiatan masak di dapur meninggalkan sampah plastik, di sekolah dan perkantoran meninggalkan sampah kertas dan tisu.
Kebiasaan manusia dalam membuang sampah sembarangan ini adalah faktor utama kerusakan lingkungan, akibatnya banyak orang membuang sampah sembarangan, di pinggir jalan, di lingkungan rumah, di selokan, di sungai dapat memperbanyak keberadaan sampah yang terlihat dilingkungan sekitar. Sebagian orang menyimpulkan bahwa banyaknya manusia yang kurang sadar akan membuang sampah pada tempatnya dan apa yang terjadi jika hal-hal tersebut dapat menyebabkan penyumbatan di aliran sungai, tetapi manusia belum memiliki kesadaran untuk membuang sampah dengan benar. Padahal sudah banyak tempat sampah yang disediakaan dan sudah mencakup tiga jenis sampah yaitu b3, organik, dan non organik. Pemerintah sendiri sudah membuat aturan tentang masalah pembuangan sampah di sembarang tempat namun di lain pihak, masyarakat tetap saja acuh terhadap peraturan tersebut dan masih mengotori lingkungan sekitar. Masyarakat malah membuang sampah di berbagai tempat seperti di sungai yang sudah tercemar oleh sampah anorganik, apalagi di kota-kota besar. Seperti halnya tempat pembuangan akhir sampah, selain kesadaran membuang sampah pada tempatnya yang rendah, kebiasaan membuang sampah ke sungai diakibatkan oleh beberapa hal ini juga termasuk yang harus diperhatikan oleh pemerintah untuk membuat Tempat Pembuangan Akhir (TPA), ekonomi yang pas-pasan membuat orang membuang sampah ke sungai daripada minta tolong petugas kebersihan, kurangnya perhatian pemerintah terhadap pembuangan sampah masyarakat kelas bawah. Yang menjadi perhatian masyarakat adalah sampah plastik yang sulit untuk dihancurkan karena plastik terbuat dari bahan yang sulit untuk diuraikan, sehingga ketika sudah menumpuk menjadi sampah, akan menjadi penyebab dari pencemaran lingkungan. Sampah yang sering ditemukan bermacam macam bentuknya, beberapa diantaranya adalah kantong plastik, botol minuman plastik, perabotan rumah tangga, hingga mainan untuk anak – anak. Plastik memang berperan penting dalam kehidupan masyarakat di dunia, khususnya di Indonesia. Fenomena sampah plastik juga membuat masyarakat Indonesia mencari – cari pengganti plastik untuk mengurangi penumpukan sampah plastik yang menggenangi sungai dan laut. Peningkatan penggunaan plastik tidak disertai oleh kemampuan daur ulang  sehingga membuat penumpukkan sampah plastik yang nantinya dapat berakibat fatal bagi bumi dan masyarakat. Masyarakat sebagai manusia yang seharusnya memiliki kewajiban untuk menjaga lingkungan, kenyataanya malah mencemari hingga terlampau parah. Tidak hanya banjir, pemanasan global dan juga pemandangan tidak sedap juga sebenanrnya mengganggu.
Pantai, gunung, dan tempat – tempat lain yang difungsikan sebagai tempat wisata juga penuh dengan sampah terutama sampah plastik. Sulit memang untuk menyadarkan masyarakat sebagai pengunjung tempat wisata untuk membuang sampah pada tempatnya. Sampah yang dibuang disembarang tempat merusak pemandangan dan kenyamanan dari pengunjung itu sendiri. Sebenarnya di tempat – tempat wisata pun sudah dihimbau melalui tulisan untuk menjaga kebersihan tempat wisata. Selain itu, tempat sampah juga sudah disediakan. Namun, masyarakat atau pengunjung terlalu cuek akan lingkungan. Mereka ingin menikmati alam yang bersih, namun tidak ikut ambil andil dalam menjaga dan melestarikan tempat – tempat indah tersebut. Salah satu objek wisata pantai di Gunungkidul yang dulunya bersih karena memang jarang dikunjungi, kini mulai banyak sampah – sampah berserakan di sepanjang pinggiran pantai, mulai dari kantong plastik, hingga botol – botol minuman plastik. Hal tersebut tentu saja membuat kenyamanan pengunjung terganggu. Sudah banyak masyarakat yang beraksi mengumpulkan sampah plastik di sepanjang pantai. Namun, usaha tersebut tidak dapat mengubah kebiasaan masyarakat khuusnya yang suka membuang sampah sembarangan dan acuh terhadap lingkungan.
Selain pantai, ada pula objek wisata pegunungan yang berserakan sampah plastik bungkus makanan dan minuman yang ditinggalkan begitu saja. Gunung sebagai tempat wisata untuk menghilangkan penat malah dipenuhi dengan sampah – sampah terutama sampah plastik dari pendaki yang sengaja meninggalkannya. Pupus sudah harapan para pendaki lain yang cinta lingkungan, melihat keadaan yang semakin lama semakin buruk ini. Selain objek wisata dampak sampah itu sendiri dapat menimbulkan penyakit, sampah itu sendiri dapat menimbulkan beberapa penyakit yaitu, diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai, penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit). Indonesia seharusnya lebih getol lagi dalam menyosialisasikan penggunaan wadah yang menggunakan besi atau stainless steel agar dapat mengurangi dampak dari sampah plastic itu sendiri sehingga jumlahnya tidak semakin banyak.
Sampah yang seharunya dapat didaur ulang untuk dijadikan barang barang yang lebih berharga harus diterapkan di masyarakat. Sampah non organic yang dapat didaur ulang lebih baik dipilah untuk dijadikan sebuah barang barang yang indah, sampah plasti salah satu contohnya. Sedangkan untuk sampah organic itu sendiri harus dibudayakan untuk dijadikan kompos yang nantinya akan berguna bagi masyarakat. Budaya di Indonesia tidak membentuk masyarakatnya untuk menjadi masyarakat yang patuh. Kita tidak dididik sejak dini untuk melakukan hal – hal baik yang dianggap simpel, seperti membuang sampah pada tempatnya, hal tersebut yang seharusnya perlu dipertanyakan.  Tidak ada sanksi khusus yang diberikan untuk para pembuang sampah sembarangan. Tidak adanya sanksi membuat masyarakat Indonesia terlena akan kebebasan yang diberikan. Masalah sampah diatas ini adalah masalah yang cukup serius. Jadi pemerintah juga harus lebih memerhatikan soal sampah, dan diperlukan juga kesadaran masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan dan jika membuang sampah sesuai dengan jenisnya yang sudah ada tulisan di tong sampah dan diperlukan kemauan masyarakat agar bisa mengolah mendaur ulang kembali sampah agar bisa mengurangi jumlah sampah yang ada di Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Finch Coffee and Resto Bernuansa Ramah Lingkungan

Secangkir Kopi Dari Kafe Klasik